Ernawati, PMI Asal Cianjur Alami Tekanan Berat di Luar Negeri, Desak Sponsor Bertanggung Jawab

Ernawati, PMI Asal Cianjur Alami Tekanan Berat di Luar Negeri, Desak Sponsor Bertanggung Jawab

Spread the love

Ernawati, PMI Asal Cianjur Alami Tekanan Berat di Luar Negeri, Desak Sponsor Bertanggung Jawab

Kronologi Keberangkatan dan Permasalahan
Nama: [Silakan isi nama Anda]
Tanggal: Rabu, 11 Juni 2025

Awal Keberangkatan
Tanggal 17 Februari 2025: Saya berangkat dari rumah.

Tanggal 18 Februari 2025: Berangkat dari Jakarta ke Surabaya.

Tanggal 19 Februari 2025: Berangkat dari Surabaya ke Singapura.

Tanggal 20 Februari 2025: Transit dari Singapura ke Qatar.

Tanggal 21 Februari 2025: Tiba di Riyadh, Arab Saudi, dan langsung ditampung oleh Watan Firs Co, Human Resource Riyadh.

Proses Awal dan Penampungan
Sebelum keberangkatan, saya bertemu dengan Bu Hj. Imas yang dulu juga menjadi sponsor ibu saya. Namun, kemudian saya dioper ke Pak Latif yang juga berperan sebagai sponsor.

Sebelum berangkat, saya sempat menanyakan kepada Bu Hj. Imas mengenai izin dari suami saya. Saya bilang bahwa suami saya belum memberi izin. Tapi Bu Hj. Imas menjawab bahwa “tidak masalah, siapa pun bisa tanda tangan,” dan mengatakan bahwa keberangkatan bisa tetap dilakukan tanpa izin suami. Saya pun diberi uang fit sebesar Rp7.500.000,- oleh Bu Hj. Imas.

Saya diberi tahu bahwa penerbangan langsung dari Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), namun ternyata saya ditampung terlebih dahulu di kantor Buana, lalu diberangkatkan lewat Bandara Surabaya.

Perjalanan yang Melelahkan
Di Surabaya, saya harus menginap selama satu hari. Kondisi sangat tidak nyaman karena saya dan teman-teman harus tidur di teras masjid dekat bandara.

Di Singapura, kami kembali harus menginap dan tidur di lantai bandara selama satu malam sebelum akhirnya terbang ke Qatar.

Setelah transit di Qatar, kami melanjutkan penerbangan ke Riyadh dan langsung masuk ke penampungan Watan Firs Co.

Pengalaman Kerja di Arab Saudi
Tanggal 28 Februari – 28 Mei 2025: Saya bekerja dengan majikan pertama atas nama Babah Hassah.

Tanggal 4 Juni 2025: Saya diambil oleh majikan kedua melalui Merry Company.

Selama bekerja dengan majikan, saya mengalami tekanan fisik dan mental yang berat. Saya diminta menjaga dua anak yang sangat aktif, dan mereka sering menendang perut saya sampai saya merasa sakit luar biasa. Saya juga memiliki riwayat cedera di tangan kanan akibat jatuh sebelumnya. Bila harus mengangkat barang berat, tangan saya sering terasa sakit, lemas, dan tidak bertenaga.

Keadaan ini membuat saya sangat stres karena tekanan dari majikan dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk terus bekerja. Saya juga selalu teringat keluarga dan terus-menerus ingin pulang.

Permasalahan dengan Agen dan Sponsor
Saya ingin pulang ke Indonesia, namun saat kami mengeluh ke pihak syarikah Watan, gaji kami malah akan dipotong 50%. Padahal kami punya hak untuk kembali ke kantor jika mendapatkan perlakuan tidak baik dari majikan. Namun kantor sama sekali tidak peduli dengan kondisi kami.

Saya tidak punya bukti chat dengan Bu Hj. Imas karena semua pesan sudah terhapus. Saya juga tidak memiliki surat izin dari suami, karena awalnya kakak saya pun menolak menandatangani. Tetapi Bu Hj. Imas tetap memaksa agar saya diberangkatkan.

Permohonan dan Tindakan Lanjutan
Saya sangat berharap pihak yang berwenang bisa membantu saya untuk pulang ke Indonesia dengan selamat dan tanpa dipersulit, serta menindak oknum-oknum sponsor atau agen yang mengabaikan prosedur hukum dan hak-hak pekerja.

Cianjur – MEDIATNIPOLRI.COM
Nasib memilukan dialami Ernawati, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Selama bekerja di luar negeri, Ernawati mengaku mengalami tekanan fisik dan mental yang sangat berat. Kini ia menuntut pertanggungjawaban dari pihak sponsor yang memberangkatkannya.

Dalam kesaksiannya, Ernawati mengungkap bahwa dirinya ditugaskan menjaga dua anak majikan yang sangat aktif dan sering melakukan kekerasan fisik terhadapnya, termasuk menendang perut hingga menyebabkan rasa sakit luar biasa.

“Saya sering ditendang anak-anak majikan. Padahal saya punya riwayat cedera tangan kanan karena pernah jatuh. Kalau disuruh angkat barang berat, tangan saya langsung sakit dan lemas,” ungkapnya.

Selain tekanan fisik, Ernawati juga mengaku mengalami stres berat akibat beban kerja yang tidak manusiawi dan terus-menerus ingin pulang ke kampung halamannya di Cianjur untuk berkumpul dengan keluarga.

“Saya tidak sanggup lagi. Saya hanya ingin pulang dan minta pertanggungjawaban dari sponsor yang mengirim saya ke sini,” katanya.

Ernawati menyebut dua nama yang selama ini dikenal sebagai sponsor tenaga kerja, yakni Bu Hj. Imas dan Pak Latip, yang disebut sebagai pihak yang mengatur keberangkatannya.

Menanggapi hal ini, sejumlah aktivis perlindungan pekerja migran mendesak pemerintah dan lembaga terkait seperti BP2MI dan Dinas Tenaga Kerja untuk segera bertindak. Mereka menuntut agar Ernawati dipulangkan segera serta menelusuri dugaan pelanggaran prosedur oleh sponsor.

“Ini bentuk nyata lemahnya perlindungan terhadap PMI. Negara harus hadir dan pihak sponsor harus dimintai pertanggungjawaban,” ujar salah satu aktivis.

Sementara itu, redaksi MEDIATNIPOLRI.COM masih berupaya menghubungi Bu Hj. Imas dan Pak Latip untuk mendapatkan konfirmasi dan tanggapan atas pengakuan korban.

 

MEDIATNIPOLRI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *